Kamis, 31 Oktober 2013

Tuntutan Tak Dipenuhi, Buruh Ancam Pemogokan Umum

Sebanyak 2 juta buruh yang mengikuti aksi mogok nasional serentak di seluruh Indonesia pada Kamis (31/10) berencana akan kembali menggelar aksi serupa pada Jumat (1/11) jika tuntutan mereka tidak dipenuhi pemerintah. Bahkan, tak hanya mogok nasional, jutaan buruh dari berbagai elemen ini mengancam akan menggerakan pemogokan umum.
"Jika mogok nasional tak didengar kami lanjutkan mogok nasional kembali. Dan bilamana tetap tidak didengar, kami persiapkan pemogokan umum," kata Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal disela-sela aksi unjuk rasa puluhan ribu buruh di Kawasan Industri Pulogadung (KIP), Jakarta Timur, Kamis (31/10).
Dikatakan Iqbal, pemogokan umum ini akan berdampak lebih luas dibanding mogok nasional buruh yang dilakukan hari ini. Selain massa buruh di kawasan industri, pihaknya juga akan mengajak seluruh pekerja formal dan informal di seluruh Indonesia.
"Kita akan tutup pelabuhan dan bandara untuk lakukan perlawanan," tegasnya.
Iqbal kembali menegaskan, jutaan buruh yang saat ini menggelar aksi mogok nasional menuntut kenaikan upah minimum nasional sebesar 50 persen, dan menjadi Rp 3,7 juta untuk Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta. Buruh juga menuntut pemerintah menjalankan jaminan kesehatan serentak pada 1 januari 2014 bukan bertahap hingga 2019.
"Kami juga menuntut penghapusan sistem outsourcing khususnya di BUMN. Kami beri waktu hingga hari ini Menneg BUMN untuk mengangkat pekerja outsourcing menjadi karyawan tetap. Selain itu kami meminta pemerintah untum mensahkan UU Pembantu Rumah Tangga (PRT) yang menjadi pintu masuk kejahatan trafficking. Buruh juga menuntut dicabutnya UU Ormas yang berpotensi mengebiri kebebasan berserikat," paparnya.
Iqbal menyatakan, aksi dua juta buruh hari ini telah menjadi sorotan dunia. Untuk itu, tidak ada alasan bagi pemerintah mengabaikan berbagai aspirasi kaum buruh.

Senin, 28 Oktober 2013

Pra Kondisi Mogok Nasional: Buruh Bekasi Terobos Masuk Kedalam Tol


Ribuan Buruh Bekasi, saat melintas di Jalan Tol | Foto: Herveen
Ribuan Buruh Bekasi, saat melintas di Jalan Tol | Foto: Herveen
Keberanian itu harus ditunjukkan. Karena ketakutan hanya akan membuat musuh-musub kita tertawa kegirangan. Dalam mogok nasional yang puncaknya tinggal beberapa hari lagi, Bekasi, menjadi salah satu daerah yang rawan terjadi ‘benturan’. Hal ini, dikarenakan setiap sudut kawasan industri yang ada di daerah ini dijaga para preman.
Mereka terus menebar teror. Memberikan ancaman. Tentu kita prihatin, meskipun dibalik itu, mita bersyukur. Bersyukur, karena hal ini membuat kita semakin mengerti akan arti persatuan dan solidaritas. Kita bersyukur, karena keberadaan mereka tak menciutkan nyali buruh Bekasi. Buktinya, hari ini ribuan buruh masih bersemangat untuk terus bergerak guna mensosialisasi mogok nasional di kawasan – kawasan.
Memang, sempat terjadi ketegangan, pemukulan, dan perampasan serta pembakaran jaket FSPMI. Buruh tak melawan dengan balik melakukan kekerasan. Bukan karena takut, tetapi ada kepentingan lain yang lebih besar. Apalagi kegiatan hari ini baru sebatas sosialisasi, jadi tak ada manfaatnya adu otot dengan mereka.
Perjuangan buruh yang sungguh mulia ini, tak ingin kita kotori dengan tindakan yang mengarah pada anarkis. Dan satu hal yang membanggakan kita semua, buruh bisa melakukan misinya dengan damai. Seperti hari ini, meski aksi tak hanya terjadi Bekasi dan melibatkan puluhan ribu buruh, tak terdengar ada tindakan anarkis dari buruh.
Disisi lain, ada kelompok tertentu yang memprovokasi buruh untuk melakukan kekerasan. Mereka melakukan penghadangan, pemukulan, perampasan jaket dan membakarnya. Hebatnya, buruh tak terpancing dengan itu semua. Bahkan menutup rangkaian aksi sosialisasi hari ini dengan menerobos masuk tol. Sebagai peringatan awal, jika buruh tak pernah diam meskipun berbagai kekuatan ‘hitam’ mencoba untuk membungkam.
Silahkan menilai sendiri, siapa yang sesungguhnga suka melakukan kekerasan?  Padahal jika buruh mau, dengan jumlah massa yang ribuan itu, mereka bisa melakukan perlawanan. Buruh sudah terlalu cerdas untuk bisa diadu domba seperti itu. Namun ketika mogok nasional sudah tiba saatnya, kemudian mereka masih tetap saja melakukan provokasi, jangan salahkan jika akhirnya buruh membela diri.
Mobil Komando Buruh Bekasi saat melakukan aksi hari ini | Foto: Herveen
Mobil Komando Buruh Bekasi saat melakukan aksi hari ini | Foto: Herveen
Catatan Nyumarno dibawah ini, menunjukkan kepada kita semua, bahwa buruh dalam melakukan aksinya selalu berada dalam koridor hukum yang berlaku:0
Sesuai dengan agenda Mogok Nasional yang puncaknya akan dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober dan 1 Nopember 2013, pada hari ini Senin 28 Oktober 2013 Aliansi Buruh Bekasi yang terdiri dari FSPMI, FARKES, KSBSI, KASBI, FSP KEP KSPI, FKI SPSI, danbeberapa elemen buruh lainnya di Kabupaten Bekasi melakuan Pra Kondisi Mogok Nasional dengan melakukan konvoi di kawasan industri untuk mensosialisasikan agenda mogok nasional tersebut.
Massa sudah mulai berkumpul di Omah Buruh EJIP sejak pukul 08.00. Jumlah massa buruh yang mencapai 1.000 orang itu mulai bergerak menuju kawasan industri EJIP, Hyundai dan Delta Silicon 1 untuk melakukan sosialisasi mogok nasional. Kegiatan tersebut berjalan dengan aman, tertib dan damai. Secara bergantian, orator di mobil komando, bung Nurdin Muhidin dan Bung Novel mensosialisasikan agenda dan tujuan Mogok Nasional.
Pukul 09.15 wib, mobil komando EJIP mendapat informasi dari mobil komando MM 2100 jika kegiatan sosialisasi mogok nasional di MM2100 tidak diperkenankan oleh pihak kepolisian dan pihak kawasan MM 2100. Oleh karena itu, pada jam 09.30 mobil komandoEJIP yang saat itu berada di Kawasan Industri Delta Silicon 1 berniat ke kawasan MM 2100 Cibitung untuk membantu sosialisasi mogok nasional.
Selanjutnya mokom EJIP meminta ijin kepada Kepolisian di depan PT. Colorobia untuk masuk ke kawasan MM 2100 dan meminta pengawalan dari Polisi. Pada jam 10.00 wib massa dari EJIP masuk ke kawasan MM2100 dengan pengawalan 1 mobil forwarder Polisi. Massa buruh masuk MM 2100 di daerah PT. Tirta Alam Segar, kemudian ke PT. AHM dan sekitar PT. Yamaha Music.
Saat massa buruh yang berasal dari EJIP ingin melanjutkan sosialisasi ke kawasan yang lain, massa buruh di hadang oleh sekelompok oknum preman/ormas/LSM agar tidak masuk sekitar PT. JST. Untuk menghindari konflik, maka mokom EJIP akhirnya menarik diri melalui PT. Sindengen.
Setelah itu, buruh berencana kembali ke Kawasan EJIP. Namun lagi-lagi saat massa buruh dihadang oleh sekitar 200 preman/ormas/LSM, buruh dilarang melewati jembatan warung bongkok yang menuju kawasan Jababeka. Mereka meminta buruh melewati jalur kiri kalimalang saja. Buruh dan mokom EJIP mengikuti permintaan ormas tersebut. Namun yang terjadi, mereka tetap melakukan penghadangan dan pemukulan terhadap buruh dengan menggunakan senjata tumpul (balok kayu, bambu,dan sejenisnya).
Buruh kembali mengalah. Padahal bisa saja, dengan jumlah yang ribuan itu, mereka melakukan perlawanan. Namun akal sehat mereka mengatakan jangan, bahwa kekerasan hanyalah sikap primitif yang harus ditinggalkan.
Buruh mundur menuju jalan sekitar PT. YKK Cibitung untuk kembali menuju kawasan EJIP. Namun buruh yang ada di belakang dikejar-kejar preman/ormas/LSM dan di pukuli dengan pentungan. Sampai disini, tak ada juga pengawalan dari Polisi. Seolah mereka melakukan pembiaran terhadap semua ini.
Untuk menghindari konflik dan ribut dengan Preman/Ormas/LSM, sedangkan melalui jalan manapun dihadang Preman, buruh dan Mokom EJIP terpaksa menarik pasukan menuju EJIP dengan masuk lewat jalan tol Cibitung. Sekitar 1000 motor massa buruh masuk ke dalam Tol, dan kalau mau, bisa melumpuhkan jalan bebas hambatan itu. Namun, buruh memilih untuk tidak melakukannya.
Baru sekitar 4 KM dari pintu tol cibitung yang menuju Cikarang Barat, Kapolres dan Kapolsek Cikarang Barat dengan nada marah-marah memerintahkan agar massa buruh segera keluar dari Tol. Bung Nurdin Muhidin selaku koordinator di mobil komando menjawab enteng,  ”Kami memang mau keluar tol dan menuju EJIP, kami sebelumnya di hadang, dikejar-kejar dan di pukul oleh para preman. Kami berjumlah ribuan tanpa pengawalan Polisi, karena kami menghindari bentrokan, maka kami pulang melalui Jalan Tol.”
Jadi, jangan salahkan kami! Justru kami sedang menghindari provokasi dan tindakan kekerasan, yang sebenarnya itu adalah tugas polisi saat menjaga aksi. Sayang sekali, Polisi absen dalam aksi besar dalam rangka sosialisasi Mogok Nasional, di Bekasi ini hari

Siaran Pers Konsolidasi Nasional Gerakan Buruh 28 oktober 2013


Aksi Buruh Pemanasan Mogok Nasional di Jakarta 28 Oktober 2013
Aksi Buruh Pemanasan Mogok Nasional di Jakarta 28 Oktober 2013
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengungkapkan, dimulai dari hari ini 28-30 oktober aksi-aksi prakondisi/pemanasan mogok nasional akan terus dilaksanakan. Dia menuturkan, sepuluh ribu buruh sudah melakukan aksi di KBN Cakung dan Industri Pulogadung. Sementara, masa terbanyak hari ini ada di Bandung raya, Cimahi, Kabupaten Bandung sebanyak 50 ribu buruh turun untuk melakukan prakondisi Mogok nasional yang dimotori oleh KSPSI, FSP-LEM, KSPI, SPN, SBSI 92, Sekber Buruh, GSBI, FSBI, FBLP, FSP-Kahutindo, FSPMI, FSP-KEP, SBSI, FSP-Farkes, FSP-PPMI, dan KNGB.
Dia juga menegaskan, buruh menolak penetapan KHL DKI Jakarata sepihak yang dilakukan pemerintah, dan apindo, dimana KHL DKI 2014 ditetapkan hanya sebesar Rp. 2.299.860. Menurutnya, hasil KHL yang disetujui pemerintah, dan apindo adalah ilegal. Sebab, semua anggota dewan pengupahan DKI dari unsur buruh walkout dari pertemuan dewan pengupahan dan tidak dihadiri oleh unsur akademisi, disamping itu dikarenakan, Perhitungan tersebut mengunakan rata-rata KHL 2013 yang seharus mengunajkan metode regresi KHL sampai dengan Desember 2014 (karena KHL tersebut diberlakukan untuk upah minimum 2014).
Sehingga angka KHL yang dihasilkan dengan metode regresi tersebut sebesar Rp. 2.767.320. Jadi, lanjut dia, kenaikan upah minimum 50% sangat rasional bila dilihat dari angka KHL dari hasil perhitungan regresi sampai desember 2014, ditambah inflasi dan produktifitas. Sehingga diperkirakan angka upah minimum melebihi Rp.3 juta perbulan.
Ketua Forum Buruh DKI Muhamad Toha menegaskan, besok (29/10) aksi prakondisi mogok nasional akan dilakukan di kantor Gubernur DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta untuk menuntut Komitmen Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahok merealisasikan tuntutan buruh kenaikan upah sebesar Rp.3,7 juta sesuai dengan janji Ahok bahwa upah layak di DKI Jakarta adalah Rp. 4. Namun, menurutnya, bila tuntutan buruh ini dirasakan berat, buruh siap bernegoisasi dengan berdasarkan KHL 2.767.320 ditambah inflasi, pertumbuhan ekonomi, produktifitas. Hal senada juga disampaikan anggota dewan pengupahan DKI Dedi Hartono serta beberapa presidium forum buruh DKI jakarta yang hadir dalam konfresi tersebut; adi mulyadi (sekjen fsbn), Yan Tumijan (DPPProv pengupahan dki SPN), Samuel (FSP-Lem), Tomas Aquino (SBSI 1992), Mamat (sekjen Kahutindo), Jajuli (FSP-Lem), bahwa Aksi besok juga dilaksanakan secara serempak di Bekasi, Purwakarta, Jember, dan daerah lainya
Trimakasih
Tim Media KSPI

Minggu, 27 Oktober 2013

Said Iqbal: “Keadilan Sosial Untuk Seluruh Rakyat, Bukan Sebagian Rakyat”


Presiden KSPI/FSPMI Said Iqbal
Presiden KSPI/FSPMI Said Iqbal
Salah besar jika ada yang mengatakan, buruh suka bikin onar. Itu tidak benar. Faktanya, yang bikin onar itu adalah pengusaha hitam yang membayar upah murah. Yang bikin onar itu adalah mereka yang merampas tanah para petani. Yang bikin onar itu adalah mereka yang membayar honor guru dengan harga murah sekali. Dan yang paling membikin onar di negeri ini adalah para koruptor yang telah merampok kekayaan negara.
Karena itulah, hari ini kita sengaja membuat dialog kebangsaan. Kita siap berdiskusi dan berembug, untuk memberikan sumbangsih pemikiran bagi kemajuan bangsa ini. Dialog kita hari ini dihadiri kurang lebih 20 ribu peserta yang berasal dari 20 Provinsi.
Kenapa kita memulai dialog?
Karena kita ingin mengatakan, bahwa negeri ini bukan milik sekelompok elit tertentu. Negeri ini adalah milik seluruh rakyat Indonesia.
Dulu nenek moyang kita sama-sama berjuang agar Indonesia merdeka. Darah mereka tumpah untuk membela negara ini. Apa bedanya darah yang tumpah dari nenek moyang para penguasa dan pengusaha hitam itu dengan darah nenek moyangnya buruh, tani, dan nelayan?
Tidak ada bedanya, bukan?
Maka dari itu, kita semua pun memiliki hak yang sama atas Republik ini. Menjadi bagian yang penting dari negeri ini.
Saudaraku, siapkan diri kalian untuk turut membangun. Jangan pernah takut. Jangan mundur. Teruslah bergerak. Teruslah melawan. Berjuang untuk keadilan. Tentu saja, yang hendak kita perjuangan adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Bukan sebagian rakyat.
Tahukah Anda, Indonesia pertumbuhan ekonominya nomor 2 didunia. Negeri ini menjadi tujuan utama investasi. Mengalahkan Jepang, Korea, bahkan negara-negara maju lainnya. Tetapi apakah pertumbuhan ekonomi kita itu dinikmati oleh seluruh rakyat?
Jawabnya, tidak.
Korupsi merajalela dimana-mana. Seolah-olah negeri ini hanya milik kelompok mereka, yang bisa mereka keruk begitu saja kekayaannya untuk kepentingan dan kemakmuran kroni-kroninya. Tidak boleh lagi itu terjadi. Dan ini hari kita nyatakan, buruh pun berperang melawan korupsi.
Siapa yang bilang akan terjadi PHK besar-besaran jika upah naik besar? Siapa yang setiap saat menggembar-gemborkan Perusahaan akan hengkang jika buruh selalu memperjuangkan tuntutannya.
Saya minta, hentikan kebohongan itu.
Hentikan kebohongan itu.
Upah buruh di Indonesia hanya lebih baik dari Kamboja dan Vietnam. Sedangkan dua negara ini baru saja merdeka. Tetapi bandingkan dengan Thailand dan Filipina, upah kita masih lebih kecil dari mereka.
Mohon maaf, bahkan upah minimum buruh kita upahnya masih lebih murah ketimbang para pembantu rumah tangga di Singapura.
Hilang harkat dan martabat bangsa kita karena upah yang murah itu. Andaikan disini upahnya layak, tentu mereka tak akan mau menjadi pembantu. Meninggalkan tanah air yang dicintainya ini.
Periksa petani kita nun jauh disana. Di pelosok-pelosok. Mereka kehilangan tanah. Terampas oleh perkebunan-perkebunan besar. Maka mari kita berjuang untuk tanah bagi kaum tani.
Bergeraklah kaum tani, untuk Indonesia yang lebih baik esok hari.
Sedih saya mendengar kaum guru honorer yang hanya digaji 200 ribu. Tapi mereka tak surut semangatnya untuk mengabdi. Mendidik putra putri bangsa ini agar cerdas dan berfikiran maju.
Lihat para koruptor. Berapa milliar uang yang sudah mereka rampok. Mereka tertawa-tawa dengan gelimang harta. Lalu ketika tertangkap, hukumannya hanya setahun dua tahun penjara. Miris kita semua mendengarnya.

“Mogok Nasional Bukan Lagi Alat Perjuangan, Tapi Sudah Menjadi Keharusan”


Massa aksi KSPI sehabis melakukan aksi di DPR RI bergerak menuju Istora Senayan untuk mengikuti Dialog Kebangsaan (Senin, 21 Oktober 2013). Foto: Kahar S. Cahyono
Massa aksi KSPI sehabis melakukan aksi di DPR RI bergerak menuju Istora Senayan untuk mengikuti Dialog Kebangsaan (Senin, 21 Oktober 2013). Sumber Foto: Kahar S. Cahyono


Tadi siang, Konsolidasi Nasional Gerakan Buruh (KNGB) mengadakan konferensi pers dengan agenda pemaparan pelaksanaan aksi mogok nasional yang akan dilakukan 3 juta buruh di lebih dari 20 Provinsi. Kaum buruh menyambut gembira saat mendengar pemimpin mereka memastikan mogok nasional jadi dilakukan. Jika dulu sering kita mendengar, mogok adalah alat perjuangan. Kali ini ungkapan itu sudah berganti: bahwa mogok adalah keharusan.
Tak perlu lagi diperdebatkan. Semua argumentasi sudah kita sampaikan. Ruang untuk berdiskusi sudah kita sediakan. Namun nyatanya Pemerintah hingga hari ini tak bergeming dan tetap membuat kebijakan upah murah. Maka baiklah, mari kita buktikan jika mogok nasional itu adalah sebuah kepastian. Dia bukan lagi opsi, tapi benar-benar akan terjadi.
Ini sebuah tantangan. Dan tahukah kalian, tak ada yang lebih indah dari pejuang, selain turun kemedan laga dengan langkah tegap berburu kemenangan.
Buruh Indonesia optimis bisa menghentikan produksi secara serentak. Lihatlah, dalam kurun waktu 1 (satu) bulan ini saja, sudah puluhan aksi digelar dengan melibatkan ratusan ribu buruh. Setiap rapat akbar diadakan, ribuan orang berbondong-bondong hadir dan mendengarkan dengan takzim setiap arahan yang disampaikan. Daerah-daerah yang tadinya tak pernah terdengar melakukan aksi, beberapa kali turun kejalan. Mereka adalah kawan kita. Kita bisa melakukannya! Bahkan akan lebih dahsyat dari apa yang pernah kita bayangkan sebelumnya.
“Buruh sudah dipolitisi. Perjuangannya tak lagi murni,” kata kalian.
Kasihan sekali mereka ini. Setelah tak mempan dengan propaganda murahan dengan mengatakan  pabrik akan hengkang dan mengganti buruh dengan mesin, kini mereka membuat isu yang sesungguhnya tak bakal laku. Rasanya tak ada yang percaya buruh digerakkan oleh politisi, apalagi dalam setiap aksi mereka mendanai sendiri.
Said Iqbal, presiden kami pun telah menegaskan, tidak ada muatan politis dalam mogok nasional ini dan tidak ada buruh yang ditunggangi oleh siapapun. Justru tuduhan kalian itu keliru. Ketua umum Apindo dan menteri perindustrianlah yang sebagai politisi. Sehingga mempolitisasi buruh yang menyebabkan mereka terbenam dalam kebijakan upah murah, perbudakan modern, dan jaminan sosial yang terbatas.
Serikat buruh murni berjuang untuk kesejahteraan rakyat Indonesia secara keseluruhan. Melalui kenaikan upah minimum 2014 sebesar 50% secara rata-rata nasional dan Rp. 3,7 juta untuk DKI Jakarta; Jaminan kesehatan seluruh rakyat 1 Januari 2014; Hapus outsourcing termasuk di BUMN; Segera sahkan RUU PRT; dan Cabut Inpres no 9 tahun 2013.
Apakah perjuangan seperti ini yang akan kalian tolak? Kemudian kalian menjadikan kami, kaum buruh, sebagai musuh buatmu? Sementara kebocoran keuangan negara yang menurut Ketua KPK Abraham Samad bisa untuk menggaji setiap warga negara sebesar 30 juta kalian diamkan saja. Kemana otakmu?
Apakah kami yang berjuang untuk kesejahteraan anak bangsa ini kalian siapkan water canon, barakuda, dan gas air mata. Pertemuan kami kalian bubarkan secara paksa. Rapat-rapat kami kalian awasi dan disetiap aksi kalian jaga dengan senjata terkokang seperti hendak perang.
Owh, jangan kira kami akan ciut nyali. Seperti halnya Wiji Thukul, kami pun menolak patuh. Dengar, dengarkan beribu kami yang saat ini bersuara:
Walau penguasa menyatakan keadaan darurat dan memberlakukan jam malam, kegembiraanku tak akan berubah. Seperti kupu-kupu, sayapnya tetap akan indah, meski air kali keruh.
Pertarungan para jenderal tak ada sangkut pautnya dengan kebahagiaanku. Seperti cuaca yang kacau, hujan angin kencang serta terik panas tidak akan mempersempit atau memeperluas langit.
Lapar tetap lapar. Tentara di jalan-jalan raya, pidato kenegaraan atau siaran pemerintah tentang kenaikan pendapatan rakyat tidak akan mengubah lapar dan terbitnya kata-kata dalam diriku. Tak bisa di cegah. Bagaimana kau akan membungkamku?
Penjara sekalipun, tak bakal mampu mendidikku menjadi patuh.

DR H. Sulistyo, M.Pd: “Saya Bahagia Kita Bisa Menyatukan Kekuatan”


Ketua Umum PB PGRI, DR. H. Sulistyo, M.Pd saat memberikan pandangannya dalam Dialog Kebangsaan di Istora Senayan. | Foto: Kahar S. Cahyono
Ketua Umum PB PGRI, DR. H. Sulistyo, M.Pd saat memberikan pandangannya dalam Dialog Kebangsaan di Istora Senayan. | Foto: Kahar S. Cahyono
Saya percaya, hanya dengan kekuatanlah, kita bisa meraih kemenangan. Oleh karena itu, bahagia sekali jika hari ini kita bisa menyatukan kekuatan. Bersama-sama mewujudkan setiap cita-cita perubahan.
Seperti kita ketahui, pendidikan kita mendapatkan mandat untuk mencerdaskan bangsa. Karena itulah pendidikan menempati peran yang sangat penting di negara ini. Namun, sayang, slogan bahwa pendidikan itu penting baru sebatas wacana, yang jauh dari kenyataannya.
Guru juga pekerja. Oleh karena itu kami merasa penting untuk bergabung dengan buruh, agar kesejahteraan kaum guru bisa meningkat dan kemudian pendidikan bisa lebih baik.
Hari ini kita masih bisa menyaksikan ada ribuan guru yang diupah hanya 200 ribu sebulan. Guru honorer yang tak jelas nasibnya. Dan itu tidak hanya terjadi di pelosok, tetapi bahkan terjadi di kota-kota besar.
Perhatian terhadap dunia pendidikan harus datang. Kalau dia tidak datang, maka perhatian itu harus kita rebut.
Saat ini, ada ratusan guru yang bekerja dengan tidak tenang. Ribuan guru diperlakukan dengan sewenang-wenang diera otonomi ini mereka dengan gampang dimutasi, tak sedikit yang diupah dengan ala kadarnya.
Mereka jarang mengungkapkan nasibnya dengan tegas seperti hari ini. Namun hati dan keinginannya adalah sama, ikut berjuang untuk Indonesia baru yang lebih baik dan sejahtera.
Mari bersatu. Untuk Indonesia baru

Sabtu, 26 Oktober 2013

Buruh, Mahasiswa & Elemen Masyarakat Makassar Siap Mogok Nasional

 Ribuan buruh di Makassar, Sulawesi Selatan, mengancam mogok kerja selama tiga hari, dari 28-30 Oktober 2013, jika upah mereka tidak dinaikkan.
Beberapa Serikat Buruh, LBH Makassar, organisasi mahasiswa menggelar konfrensi pers terkait rencana mogok nasional di kantor LBH Makassar, Senin (21/10/2013) siang. | KOMPAS.com/Hendra Cipto
Beberapa Serikat Buruh, LBH Makassar, organisasi mahasiswa menggelar konfrensi pers terkait rencana mogok nasional di kantor LBH Makassar, Senin (21/10/2013) siang. | KOMPAS.com/Hendra Cipto
Ancaman itu disampaikan oleh Salim Syamsur, koordinator Solidaritas Masyarakat Untuk Rakyat Indonesia (Samurai). Dia didampingi Tude (Serikat Mahasiswa Indonesia), Akbar (Perhimpunan Rakyat Pekerja) dan Muh Haidir (LBH Makassar) dalam konferensi pers di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar, Senin (21/10/2013) siang.
Menurut Salim, menyikapi penetapan upah minimum Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dan upah minimum Kota Makassar, beberapa serikat buruh, masyarakat miskin kota, dan komunitas/organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Samurai melakukan aksi mogok nasional selama tiga hari.
“Jadi intinya dalam aksi ini, kami menuntut kenaikan upah minimum tahun 2014 menjadi 50 persen sebesar Rp 2.160.000 untuk Sulsel dan Rp 2.250.000 untuk Makassar dari upah tahun 2013. Seruan untuk melakukan mogok nasional pada tanggal 28, 29, dan 30 Oktober 2013 mendatang untuk memperjuangkan kenaikan upah minimum,” tekannya.
Muh Haidir menambahkan, buruh juga menuntut pencabutan Inpres No 9 Tahun 2013 tentang kebijakan penetapan upah dalam rangka keberlangsungan usaha dan peningkatan kesejahteraan pekerja.
“Kami juga tuntut cabut aturan yang melegalkan tenaga outsourcing dan sistem kerja kontrak. Semua aturan itulah yang bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan (UUK) ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan Bupati atau Wali Kota,” tekannya.
Senada dengan yang dikemukakan Akbar, saat aksi mogok nasional dilakukan, tentunya aktivitas perusahaan dan pabrik dihentikan. “Jadi, kami juga akan melakukan aksi unjuk rasa dengan estimasi massa 3.000-an orang. Kalau titik aksinya, belum ditentukan. Yang jelas ada juga pendudukan pabrik-pabrik dan perusahaan,” ancamnya.

Hore, Pengusaha Mampu Bayar Gaji Buruh 13 Juta


Rapat Akbar Pra Mogok Kerja Nasional di Bekasi. Rapat untuk menjawab sikap Pemerintah dan Pengusaha yang tidak bersedia menaikkan upah minimum sebesar 50 Persen. Foto: Herveen
Rapat Akbar Pra Mogok Kerja Nasional di Bekasi. Rapat untuk menjawab sikap Pemerintah dan Pengusaha yang tidak bersedia menaikkan upah minimum sebesar 50 Persen. Foto: Herveen

Dalam beberapa hari ini, dimedia sosial banyak dibicarakan sebuah berita yang berjudul Pengusaha Berani Gaji Buruh 13 Juta/Bulan. Berita dari Detik Finance ini sekaligus memberikan pencerahan bagi kita semua, bahwa sesungguhnya permintaan kaum buruh agar kenaikan upah minimum tahun depan sebesar 3,7 juta untuk DKI Jakarta dan 50 persen secara rata-rata nasional adalah hal yang sangat mungkin untuk diwujudkan.
Dalam waktu yang sangat berdeatan, ada 2 (dua) kabar yang cukup menggembirakan. Keduanya bukan sekedar kabar angin, karena disampaikan orang yang sangat penting. Pertama dari Ketua KPK Abraham Samad, yang mengatakan negara kita sesungguhnya mampu menggaji setiap warga negara sebesar 30 juta. Kabar kedua datang dari Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta, yang mengatakan sesungguhnya Pengusaha berani membayar gaji buruh hingga 13 juta.
Dua hal itu, sekaligus mematahkan anggapan banyak orang, jika kenaikan upah sebesar 50 persen hanya akan membuat perusahaan bangkrut. Dalam hitungan kita, dengan kenaikan 50 persen itu, upah buruh Indonesia hanya berada dalam kisaran mendekati angka 3 juta.  Artinya, kenaikan upah minimum yang kita minta masih 10 juta lebih rendah dari yang sesungguhnya bisa dibayarkan oleh pengusaha.
Jika yang mengatakan hal itu bukan pengusaha, bolehlah kita ragu. Tetapi jika yang menyampaikan adalah seorang wakil ketua umum asosiasi pengusaha, tentu itu adalah benar adanya. Maka sangat aneh jika ada buruh yang ikut latah mengatakan perusahaan tak mampu bayar dengan gaji sebesar itu. Pengusaha saja dengan tegas mengatakan, jika ia mampu.
Memang, saat ini bola ada di tangan Pemerintah. Mau atau tidak mereka merealisasikan itu semua? Karena, sesungguhnya, permasalahan yang utama lebih terletak pada buruknya insfratruktur dan korupsi. Permasalahan kita bukan terletak pada buruh, yang selama ini selalu dijadikan kambing hitam.
Meskipun pengusaha mampu membayar kita 13 juta, namun bukan sebesar itu yang kita minta. Cukup 3,7 juta di Jakarta, dan 50 persen untuk kenaikan diseluruh Indonesia. Sisanya, yang 10 Juta itu, biarlah buat pengusaha agar mereka tetap bisa sejahtera. Kurang baik hati apa, buruh Indonesia?
Jika Pemerintah dan Penguasa hitam itu masih tak mau berbagi keuntungannya dengan buruh, meskipun yang diminta buruh masih sangat kecil, maka mogok nasional adalah jawaban atas itu semua

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) : Pengusaha Berani bayar UMK 13 juta !


Bagaikan gayung bersambut, setelah Ketua KPK Abraham Samad menyatakan gaji pekerja atau rakyat Indonesia bisa mencapai 20jt sampai dengan 30 juta / bulan jika pemerintah serius menangani korupsi.
Kali ini pernyataan serupa datang dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bahwa sebenarnya permasalahan kenaikan upah buruh di Indonesia bisa sama dengan di luar negeri dengan syarat pemerintah memperbaiki infrastruktur dan menekan korupsi/pungli. Berikut kutipan beritanya :
Jakarta – Para pengusaha ritel mengaku berani membayar gaji bagi pekerjanya Rp 13 juta per bulan, namun ada syaratnya yang harus dipenuhi pemerintah.
Aksi Buruh Tolak Upah Murah
Aksi Buruh Tolak Upah Murah
“Buruh itu kalau mau minta gaji sama seperti di Singapura pun kami berani, di sana itu pekerjanya dibayar US$ 1.300 per bulan atau Rp 13 juta per bulan, kami bisa bayarnya,” ujar Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta ketika berbincang dengan detikFinance, Jumat (25/10/2013).
Tutum mengatakan tapi tentunya ada syarat yang harus dipenuhi terutama dari pemerintah. Yakni pelayanan, fasilitas infrastruktur dan lainnya harus bisa sama dengan Singapura.
“Tapi syaratnya pelayanan, fasilitas infrastruktur dan lainnya sama dengan Singapura, di sana perizinannya mudah tidak seperti di Indonesia banyak dan lama dan cost tinggi, infrastruktur jalan bagus, tidak seperti saat ini contoh Pantura, kalau nggak mau lebaran nggak diperbaiki, pelabuhannya seperti di Singapura juga bagus nggak kayak di Indonesia, tidak ada pungutan liar, listriknya walaupun mahal tapi kualitasnya bagus,” jelasnya.
Tutum mengungkapkan seperti kondisi jalan yang tidak baik, pelabuhan tidak standar akibatnya ongkos distribusi dari suatu produk itu mencapai 17% padahal di negara ASIA hanya 7%.
“Belum lagi pungli (pungutan liar) saat distribusi barang banyak sekali membuat cost untuk transportasi mahal, di mana 15% dari ongkos distribusi adalah untuk bayar pungli,” ujarnya.
“Kalau kualitas semua sama saja seperti Singapura, biaya produksi barang kami jauh lebih murah, ada efisiensi, produknya bisa bersaing dengan produk impor, jika itu terjadi bayar upah Rp 13 juta pun perbulan tidak jadi soal bagi pengusaha,” tutupnya

“Buruh Sangat Percaya Diri Untuk Mogok Nasional”

Posted by
Para Aktivis FSPMI sedang melakukan persiapan akhir mogok nasional (25 Oktober 2013) | Foto: Kahar S. Cahyono
Para Aktivis FSPMI sedang melakukan persiapan akhir mogok nasional (25 Oktober 2013) | Foto: Kahar S. Cahyono
Kemarin sore, Jum’at tanggal 25 Oktober 2013, Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) melakukan konsolidasi akhir mogok nasional. Dalam rapat konsolidasi yang diselenggarakan di Sekretariat DPP FSPMI tersebut dihadiri oleh perwakilan pengurus dari berbagai Provinsi, seperti: Aceh, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Setelah seluruh daerah memberikan pandangan terkait dengan kesiapannya melaksanakan mogok nasional,  semua yang hadir nampak lega. Wajah – wajah optimis terlihat. Senyum merekah di bibir mereka, karena faktanya ditingkat bawah menghendaki pemogokan nasional itu terjadi. Mereka sangat berbahagia, karena tak lama lagi hari yang ditunggu itu akan tiba.
Boleh jadi ada elit yang menolak. Tetapi diakar rumput akan ikut. Dan itu terjadi dimana-mana, hampir diseluruh pelosok negeri. Melihat antusiasme itu, sekaranglah saatnya. Tidak ada kata lain, pemogokan itu akan dilakukan. Apalagi pemerintah memang sudah menutup mata dan telinga terhadap aspirasi rakyatnya.
Tidak ada pengunduran jadwal mogok nasional. Karena per tanggal 28 Oktober 2013, buruh akan mulai melakukan pra kondisi mogok nasional. Dibeberapa daerah akan dilakukan aksi secara bergelombang, misalnya di Aceh, Depok, dan Serang. Terus berlanjut hingga pada puncaknya tanggal 31 Oktober 2013 – 1 Oktober 2013. Semalam, misalnya, 2000 buruh DKI Jakarta bahkan masih setia mengawal rapat Dewan Pengupahan.
Jika dibandingkan dengan pemogokan tahun lalu, eskalasi mogok nasional yang sekarang justru akan lebih luas. Sebab mogok nasional kali ini tidak hanya bersifat elitis, karena pemogokan kali ini berbasis aliansi daerah, tempat dimana massa buruh berada. Bandingkan dengan tahun lalu yang kebijakan untuk melakukan mogok lebih bersifat elitis.
Seperti yang sudah saya sampaikan diawal, saat ini, boleh jadi ditingkat elit menolak, tapi akar rumput pasti akan ikut. Siapa yang akan mencegah buruh ditingkat basis akan bergerak? Apalagi mereka akan bergerak serentak dari pabrik-pabrik dan kawasan-kawasan menjadi tsunami manusia, menerjang apa saja yang melintang dan menghalanginya.
Serikat Pekerja yang akan mengikuti mogok nasional pun jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan sebelumnya. Mereka, bahkan boleh dikata lebih militan. Sebut saja: KSPI, Sekber Buruh, GSBI, KSN, FSBI, SPTSK, OPSI, SPIN, SBSI Mochtar Pahpahan, SBSI 92, FBLP, KSBSI (Lomenik), KSPSI (Lem, Farkes,Pewarta), FSPMI, FSP-Kep, FSP-Farkes Reformasi, FSPPPMI, FSP-Par-Reformasi, FSP-ISI, Aspek Indonesia, FSBTPI, KASBI Progresif, SPN (di beberapa daerah) dan aliansi serikat pekerja di daerah seluruh Indonesia (seperti FB-DKI, ABY, BBB, FBBB, Mabur, dll).
Pemogokan ini akan diikuti 3 juta buruh di 20 Provinsi, dan saat ini ada 3 Provinsi lagi yang tengah bersiap untuk terlibat dalam pemogokan. Terjadi di 150 Kabuparen/Kota, serta akan diikuti oleh ratusan ribu perusahaan di 40 kawasan industri yang ada diseluruh Indonesia.
Provinsi dan Kabupaten/Kota yang akan bergerak melakukan mogok nasional pada 31 Okt -1 Nov 2013 adalah: Banten, Jabar, DKI Jakarta, Jateng, Yogya, Jatim, Aceh, Sumut, Kepri, Sumsel, Lampung, Kalsel, Kaltim, Gorontalo, Sulut, Sulsel, Sultra, Sulteng, Papua, NTB, (menyusul Riau, Kalbar, Maluku): Sedangkan Kabupaten/Kota yang terlibat adalah: Cilegon, Serang, Tangerang, Tangsel, Bogor, Depok, Sukabumi, Cianjur, Bekasi, Krawang, Purwakarta, Subang, Indramayu, Cirebon, Tegal, Cimahi, Bandung, Bandung Barat, Tasikmalaya, Semarang, Kendal, Demak, Batam, Pekalongan, Yogyakarta, Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Pasuruan, Malang, Purbolinggo, Gresik, Batam, Bintan, Karimun, Medan, Deli Serdang, Palembang, Pekanbaru, Makasar, cilacap, dll.
Dengan pemogokan yang seluas itu, sangat besar kemungkinannya pelabuhan, pusat-pusat industri dan produksi, serta bandara akan terkena dampak mogok nasional ini. Kawasan Industri yang akan lumpuh antara lain: Pulogadung, Sunter, KBN Cakung, Tanjung Priok, Delta Silicon, Ejip Cikarang, Tambun-Karawang, Lippo, MM 2100 Cibitung. Dan 11 kawasan industri Karawang, Purwakarta, Subang, Medan 5-6 kawasan industri, akan mengikuti mogok nasional.
Inilah mogok nasional yang sesungguhnya. Tidak hanya buruh. Berbagai kalangan, bahkan, telah menyampaikan dukungannya dan siap bergabung dalam pemogokan ini. Mulai dari petani, nelayan, guru, mahasiswa, dan element gerakan sosial yang lain.
Bersiaplah! Ibu pertiwi memanggil. Ayo bergerak dan ciptakan Indonesia baru. Indonesia yang sejahtera dan bebas dari korupsi.

Kesaksian Akhir Abad


Salah satu hal yang paling berkesan dalam Dialog Kebangsaan di Istora Senayan, 21 Oktober 2013, adalah saat Bung Ozy dan Bunda Ika membacakan puisi Ws Rendra yang berjudul Kesaksian Akhir Abad. Puisi yang dibawakan dengan apik oleh dua orang ini seakan menjadi inspirasi bagi semua yang hadir untuk menjadi saksi, bahwa sesungguhnya negeri ini belum merdeka. Oleh karenanya perlu ada partisipasi untuk memerdekannya.

Bunda Ika dan bung Ozy saat membacakan Puisi berjudul Kesaksian Akhir Abad, di Istora Senayan | Foto: Kahar C. Cahyono
Bunda Ika dan bung Ozy saat membacakan Puisi berjudul Kesaksian Akhir Abad, di Istora Senayan | Foto: Kahar C. Cahyono
KESAKSIAN AKHIR ABAD
Karya: WS Rendra

Ratap tangis menerpa pintu kalbuku. Bau anyir darah mengganggu tidur malamku.
O, tikar tafakur! O, bau sungai tohor yang kotor! Bagaimana aku akan bisa membaca keadaan ini?
ODi atas atap kesepian nalar pikiran yang digalaukan oleh lampu-lampu kota yang bertengkar dengan malam, aku menyerukan namamu:
Wahai, para leluhur Nusantara! O, Sanjaya! Leluhur dari kebudayaan tanah! O, Purnawarman! Leluhur dari kebudayaan air! Kedua wangsamu telah mampu mempersekutukan budaya tanah dan air!
O, Resi Kuturan! O, Resi Nirarta! Empu-empu tampan yang penuh kedamaian! Telah kamu ajarkan tatanan hidup yang aneka dan sejahtera, yang dijaga oleh dewan hukum adat. O, bagaimana mesti aku mengerti bahasa bising dari bangsaku kini?
O, Kajao Laliddo! Bintang cemerlang Tana Ugi! Negarawan yang pintar dan bijaksana! Telah kamu ajarkan aturan permainan di dalam benturan-benturan keinginan yang berbagai ragam di dalam kehidupan: ade, bicara, rapang, dan wari.
O, lihatlah wajah-wajah berdarah dan rahim yang diperkosa muncul dari puing-puing tatanan hidup yang porak-poranda.
Kejahatan kasat mata tertawa tanpa pengadilan. Kekuasaan kekerasan berak  dan berdahak di atas bendera kebangsaan.
O, anak cucuku di jaman cybernetic! Bagaimana akan kalian baca prasasti  dari jaman kami? Apakah kami akan mampu menjadi ilham kesimpulan ataukah kami justru menjadi sumber masalah di dalam kehidupan?
Bunda Ika dan putrinya | Foto: Kahar S. Cahyono
Bunda Ika dan putrinya | Foto: Kahar S. Cahyono
Dengan puisi ini aku bersaksi. Bahwa rakyat Indonesia belum merdeka. Rakyat yang tanpa hak hukum bukanlah rakyat merdeka. Hak hukum yang tidak dilindungi oleh lembaga pengadilan yang mandiri adalah hukum yang ditulis di atas air!
Bagaimana rakyat bisa merdeka bila polisi menjadi aparat pemerintah. Dan tidak menjadi aparat hukum yang melindungi hak warga negara?
Bagaimana rakyat bisa merdeka bila birokrasi negara tidak menjadi abdi rakyat, melainkan menjadi abdi pemerintah yang berkuasa?
Bagaimana rakyat bisa merdeka bila  hak pilih mereka dipasung tidak boleh memilih secara langsung wakil-wakil mereka di dewan perwakilan, dan juga tidak boleh memilih secara langsung camat mereka, bupati, walikota, gubernur, dan presiden mereka?
Dan partai-partai politik menganggap rakyat hanya abdi partai yang dinamakan masa politik partai! Atau kawula partai!
Bagaiman rakyat bisa merdeka bila  pemerintah melecehkan perdagangan antardaerah dan mengembangkan merkantilisme Daendels sehingga rela menekan kesejahteraan buruh, petani, nelayan, guru dan serdadu berpangkat rendah?
Bagaimana rakyat bisa merdeka bila  propinsi-propinsi sekedar menjadi tanah jajahan pemerintah pusat?
Tidak boleh mengatur ekonominya sendiri, tatanan  hidupnya sendiri, dan juga keamanannya sendiri?
Ayam, serigala, macan, ataupun gajah, semuanya peka pada wilayahnya. Setiap orang juga ingin berdaulat di dalam rumahtangganya.
Setiap penduduk ingin berdaulat di dalam kampungnya. Dan kehidupan berbangsa. Tidak perlu merusak daulat kedaerahan.
Hasrat berbangsa dan naluri rakyat untuk  menjalin ikatan dayacipta antarsuku, yang penuh keanekaan kehidupan, dan memaklumkan wilayah pergaulan yang lebih luas untuk merdeka bersama.
Tetapi lihatlah selubung kabut saait ini! Penjajahan tatanan uang penjajahan modal, penjajahan kekeraan senjata, dan penjajahan oleh partai-partai politik, masih merajalela di dalam negara!
Dengan puisi ini aku bersaksi bahwa sampai saat puisi ini aku tandatangani para elit politik yang berkedudukan ataupun yang masih berjalan, tidak pernah memperjuangkan sarana-sarana kemerdekaan rakyat.
Mereka hanya rusuh dan gaduh memperjuangkan kedaulatan golongan dan partainya sendiri.
Mereka hanya bergulat untuk posisi sendiri. Mereka tidak peduli kepada posisi hukum, posisi polisi, ataupun posisi birokrasi.
Dengan picik mereka  akan mendaur-ulang malapetaka bangsa dan negara yang telah terjadi!
O, Indonesia! Ah, Indonesia! Negara yang kehilangan makna! Rakyat sudah dirusak tatanan hidupnya. Berarti sudah dirusak dasar peradabannya. Dan akibatnyaa dirusak pula kemanusiaannya.
Maka sekarang negara tinggal menjadi peta. Itupun peta yang lusuh dan  hampir sobek pula. Pendangkalan kehidupan bangsa telah terjadi. Tata nilai rancu. Dusta, pencurian, penjarahan, dan kekerasan halal.
Penampilan yang luar biasa dari buruh Indonesia | Foto: Kahar S. Cahyono
Penampilan yang luar biasa dari buruh Indonesia | Foto: Kahar S. Cahyono
Manusia sekedar semak belukar yang  gampang dikacau dan dibakar. Paket-paket pikiran mudah dijajakan. Penalaran amanah yang salah mendorong  rakyat terpecah belah.
Negara tak mungkin kembali diutuhkan tanpa  rakyatnya dimanusiakan. Dan manusia tak mungkin menjadi manusia. Tanpa dihidupkan hatinuraninya.
Hati nurani adalah hakim adil untuk diri kita sendiri. Hatinurani adalah sendi dari kesadaran akan kemerdekaan pribadi.
Dengan puisi ini aku bersaksi bahwa  hatinurani itu meski dibakar tidak bisa menjadi abu. Hatinurani senantiasa bisa bersemi meski  sudah ditebang putus di batang.
Begitulah fitrah manusia ciptaan  Tuhan Yang maha Esa.

Penyesalan


Pemanasan mogok nasional yang dilakukan KSPI di DPR RI beberapa waktu lalu. | Sumber Foto: Kahar S. Cahyono
Pemanasan mogok nasional yang dilakukan KSPI di DPR RI beberapa waktu lalu. | Sumber Foto: Kahar S. Cahyono
Akan tiba saatnya, penyesalan itu engkau rasakan begitu menyiksa. Saat menyadari anak-anakmu memasuki dunia kerja dengan upah yang tak seberapa, dan sudah begitu statusnya outsourcing pula. Ya, dia adalah anak yang kau harapkan bisa meringankan beban hidupmu disaat tua. Tapi nyatanya, jangankan membantumu, untuknya sendiri pun masih harus nombok biaya hidupnya.
Kenangan hari ini akan terus menghantui disaat usia sudah beranjak senja: “Coba dahulu aku mendukung kaum buruh melakukan mogok nasional, pasti saat ini anak-anakku akan mendapatkan diupah dengan sangat baik sekali.” Tapi penyesalan selalu tak berguna. Tak menyelesaikan apa-apa.
Akan tiba saatnya, saat kau tak sekuat sekarang dan mulai sakit-sakitan, hanya bisa pasrah berharap keajaiban akan datang. Sementara untuk berobat ke rumah sakit, tak sedikit biaya yang dibutuhkan. Uang simpanan seumur hidup bekerja pun tak bakal cukup untuk biaya berobat atas sakitmu yang parah itu.  Rumah terjual. Tanah terjual. Seketika itu juga miskin engkau dibuatnya.
Kenangan hari ini akan terus menghantui disaat usia sudah beranjak senja: “Coba dahulu aku mendukung kaum buruh memperjuangkan jaminan sosial, bukannya malah menakut-nakuti mereka dengan berkedok menyelamatkan investasi.” Tapi penyesalan selalu tak berguna. Tak menyelesaikan apa-apa.
Tak pernah, dalam sejarah, perjuangan kaum buruh terpisah dari kepentingan masyarakat secara luas. Upah naik, harga kontrakan akan menyesuaikan. Ojeg disekitar kawasan industri menjadi ramai. Warung nasi tak pernah sepi, karena buruh tak lagi terus-terusan makan indomie.
Apalagi, selain upah, perjuangan buruh juga menyangkut hak yang paling asasi bagi setiap manusia: “kesehatan.”
Buruh hendak memastikan, per 1 Januari 2014 seluruh rakyat mendapatkan jaminan kesehatan tanpa terkecuali. Unlimited, dari lahir hingga mati. Bukankah ini sebuah karya besar? Lantas kenapa harus dihalang-halangi?
Inilah saatnya kesempatan terbaik bagi kita untuk mewujudkan itu semua. Selagi pertumbuhan ekonomi kita tinggi, selagi Indonesia menjadi negara tujuan investasi yang paling diminati. Selagi gerakan buruh semakin menguat dan berani berteriak lantang untuk memperjuangkan hak-hak rakyat.
Jangan dihalang-halangi. Tak mungkin investor kabur keluar negeri. Lagian mau kemana mereka lari? Toh diluar sana upah buruh jauh lebih tinggi daripada disini.
Akan tiba hari, kalian akan membutuhkan apa yang mereka perjuangan saat ini. Mari bergabung dan mendukung pemogokan nasional. Jangan menyesal nanti…

Abraham Samad: “Tanpa Korupsi, Negara Bisa Menggaji Setiap Warga 30 Juta”


Ketua KPK Abraham Samad dalam acara Dialog Kebangsaan (21 Oktober 2013) | Sumber Foto: Kahar S. Cahyono
Ketua KPK Abraham Samad dalam acara Dialog Kebangsaan (21 Oktober 2013) | Sumber Foto: Kahar S. Cahyono
Selamat untuk Indonesia baru. Indonesia yang sejahtera dan bersih dari korupsi!
Saya bangga bisa hadir ditempat ini, bersama kaum buruh dan petani. Karena masyarakat yang paling terdepan di negeri ini adalah petani dan buruh. Karena petanilah, kita bisa makan setiap hari. Karena karena buruh, pembangunan di negeri ini bisa terus berjalan.
Indonesia adalah negeri yang kaya raya. Namun sayang, kekayaan negeri ini masih belum dinikmati oleh seluruh rakyat. Akibatnya, di negeri kita ini masih terdapat banyak sekali.
Oleh karena itu saya mengajak saudara untuk memerangi penyakit yang menghinggapi negeri ini. Penyakit itu adalah, korupsi.
Ya, korupsi adalah alasan mengapa masih banyak orang miskin di Indonesia.
Sumber daya alam negara kita yang besar hanya dinikmati oleh segelintir orang. Segelintir orang itu adalah penguasa dan pengusaha hitam. Tugas KPK adalah menyelamatkan keuangan negara dari perampokan yang mereka lakukan.
Ada tiga sektor strategis yang menjadi prioritas KPK. Pertama, sektor kedaulatan pangan, yang mencakup pertanian, perikanan dan peternakan. Kedua, sumber daya energi. Karena kita kaya dengan sumber daya alam. Dan ketiga, sumber pendapatan negara, dimana, hingga saat ini banyak pajak yang bocor.
Akhir-akhir ini kita dihadapkan oleh permasalahan pangan. Pertanyaan kita selanjutnya adalah, apakah kita memang perlu impor beras? Apakah kita memang perlu impor daging? Apakah kita memang perlu impor bawang?
Sebenarnya kalau harus jujur, kita tidak perlu mengimpor semua itu. Di sektor pangan, haram kita melakukan liberalisasi. Tetapi kenapa masih ada saja impor terhadap pangan? Karena memang, ternyata impor ini digalakkan. Karena didalamnya ada rente. Mereka cari untung disitu. Ada kartel mafia impor yang menarik keuntungan.
Saya perlu tegaskan sekali lagi, dalam sektor pangan haram melakukan liberalisasi. Kita masih akan terus memproteksi petani agar terus berdaya. Tidak boleh melepaskan kedalam pasar bebas.
Tentang ketahanan energi. Di Jayapura ada emas. Sulawesi ada nikel. Kemudian kalau kita jalan barat, di Jawa ada minyak dan gas. Di Sumatra kita punya batubara.
Negara bisa saja mendulang Rp 15 ribu triliun setiap tahun. Jumlah itu didapat dari royalti 45 blok migas yang telah beroperasi dan beberapa pertambangan ilegal.
Dari pemasukan itu lalu dibagi 241 juta jiwa penduduk, maka minimal pendapatan masyarakat Rp 30 juta per bulan.
Pemerintah semestinya mampu memaksa perusahaan tambang untuk membayar royalti sebesar 50 persen. Sebagai contoh, dalam setahun, Blok migas Mahakam bisa mendulang Rp 120 triliun, Blok Cepu sebesar Rp 190 triliun, dan Blok Madura senilai Rp 135 triliun.
Sektor tambang dan energi adalah satu wilayah yang diindikasi banyak kebocoran dan korupsi. Hampir 50 persen perusahaan tambang yang melakukan eksploitasi dan eksplorasi mineral tak membayar royalti. Saat saya bertanya kepada mereka yang mengemplang pajak, jawabnya sederhana: bahwa sogokan yang mereka berikan kepada pemerintah setempat besarnya jauh lebih besar dari royalti yang mereka setorkan.
Para pengusaha hitam lebih memilih membayar ke oknum aparat pemerintah agar dimudahkan dalam mengurus izin usaha pertambangan. Selain itu, pengusaha juga berharap agar lahan penambangan mereka ditambah.
Oleh sebab itu, kita harus menyelamatkan sumber daya alam dalam bentuk kolonialisme model baru.
Saat berkunjung ke Kalimantan, menemukan fakta di pedesaan yang kaya mineral itu infrastrukturnya buruk. Di tempat itu, listrik sering mati serta kondisi puskesmas dan gedung sekolah memperihatinkan. Sementara saat ke kota, dia mendapati banyak mobil mewah yang terparkir di garasi seorang bupati.
Ini sungguh ironi. Rakyat banyak yang miskin. Padahal negara ini kaya raya. Mereka menderita tak ada jaminan kesehatan. Tak bisa bersekolah dengan baik.
APBN kita yang 1.700 triliun itu tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan keuangan negara yang bocor.
Negara ini kaya raya. Tapi kemudian kita semua menjadi miskin karena persengkongkolan pengusaha dan penguasa tertentu. Lihat saja, luas lahan pertanian terus menyempit sari tahun ke tahun. Sementara perkebunan sawit perusahaan besar terus meluas hingga beribu-ribu hektar jumlahnya.
Berikan KPK kesempatan untuk membereskan segala macam kejahatan itu. Berikan KPK kesempatan untuk memperbaiki pengelolaan sumber energi kita, agar bisa dinikmati oleh seluruh rakyat.
Mari kita tetap bersatu padu menjaga sumber kekayaan negeri ini agar tak dirampok pengusaha hitam.
Termasuk kasih untuk para petani yang telah bekerja keras menjaga ketahanan pangan. Kepada kaum buruh yang berkarya untuk pembangunan. Hentikan liberalisasi sektor pangan menyengsarakan! (Kascey)
==========
Tulisan diatas adalah intisari dari apa yang disampaikan oleh Ketua KPK Abraham Samad dalam Dialog Kebangsaan di Istora Senayan, pada tanggal 21 Oktober 2013. Dialog Kebangsaan ini berjalan sukses dengan dihadiri kurang lebih 20 ribu peserta. Semoga spirit dari dialog ini menyebar. Untuk Indonesia yang lebih baik. Indoensia baru, yang sejahtera dan bermartabat..

Minggu, 20 Oktober 2013

5 Tahap Penentu Keberhasilan Go Politik


Kebijakan Go Politik FSPMI harus terus menerus disosialisasikan. Setiap keraguan harus diyakinkan. Setiap pertanyaan harus diberikan jawaban dengan gamblang. Setiap dukungan harus di maksimalkan agar berbuah kemenangan. Ini penting, agar semua bisa memahami dan kemudian memberikan dukungan.
Politik itu identik dengan dukungan. Oleh karenanya, seberapa besar dukungan yang kita dapatkan, sebesar itulah kita memiliki kekuatan. Percuma memiliki gagasan besar terhadap suatu perubahan, tanpa dukungan politik untuk mewujudkan gagasan itu. Jika ingin sejahtera, tentu buruh juga harus ambil bagian sebagai penentu kebijakan itu.
Suasana Diskusi Politik di Bekasi, 17 Oktober 2013.
Suasana Diskusi Politik di Bekasi, 17 Oktober 2013.
Untuk memperbesar dukungan itu, ada beberapa tahapan yang akan kita lakukan. Dalam diskusi Go Politik di Bekasi, malam Jum’at yang lalu, Handoko Wibowo menyampaikan 5 tahapan yang akan kita lalui untuk memastikan suksesnya agenda ini.

Pertama. Penentuan caleg dan partai
Tahapan ini sudah selesai, dan berhasil kita lalui dengan baik. Semula ada kekhawatiran, dalam tahap ini akan ada perpecahan. Akan ada kelompok yang tidak setuju dan kemudian menarik dukungan.
Nampaknya, kekhawatiran itu tidak tidak terbukti. Secara umum mereka memberikan dukungan terhadap kader yang dipilih organisasi untuk maju sebagai caleg kader buruh, termasuk dari partai mana mereka akan maju.
Lagi pula kita akan memilih orang, bukan partai.
Ketika buruh menjadi caleg, hal ini jangan dibaca, jika kita sedang membuat elit baru. Sama sekali tidak. Kita tidak sedang menjadikan mereka sebagai elit baru. Kita tidak sedang menjadikan mereka sebagai orang terhormat. Sesungguhnya kita hanya sedang memberikan tugas baru kepada mereka, untuk memperjuangkan kepentingan kita.

Kedua, pemenangan.
Tahap ini tengah berlangsung, sekarang. Disini kita menjelaskan kepada anggota dan masyarakat luas, mengapa perjuangan serikat pekerja harus menyentuh dimensi politik.
Bisa jadi, mereka belum mendukung karena memang belum paham. Oleh karena itu, kuncinya adalah memberikan pemahaman kepada mereka.
Kita boleh bangga sebagai serikat pekerja. Partai politik sekarang ini menabur uang untuk mendapatkan suara. Sementara kita punya anggota. Tinggal menghitung seberapa besar dukungan itu akan kita dapatkan. Dalam hitungan matematis, kita optimis akan menang. Tinggal bagaimana caranya, ia tidak hanya diatas kertas.
Tak boleh tidak, buruh harus memberikan dukungan terhadap kader buruh. Kalau ada masalah terhadap mereka, siapa yang menolong? Serikat pekerja, bukan?
Dan kekuatan serikat akan bertambah kuat, jika ada kadernya yang duduk sebagai anggota dewan juga ikut melakukan pembelaan.

Ketiga, pemilihan.
Tahap ini untuk memastikan, setiap anggota dan keluarganya ikut memilih secara benar. Tidak ada yang pulang kampung pada saat pemilihan. Semua bekerja ekstra untuk memastikan suara itu tidak berpindah kemana-mana.

Keempat, perhitungan.
Perhitungan suara juga menjadi tahap yang menentukan. Kita akan menempatkan relawan sebagai saksi hampir diseluruh TPS. Jangan sampai suara kita dicuri. Sebab jika itu terjadi, sia-sialah kerja kita selama ini.

Kelima, pengawalan.
Saat menjadi anggota DPRD/DPR, tentu harus ada mekanisme untuk memastikan mereka tidak berkhianat. Agar orientasi mereka untuk kepentingan kaum buruh, bukan sekedar untuk kepentingan pribadi.
Kesalahan anggota DPR saat ini, mereka terpisah dengan basis setelah jadi. Ini harus kita koreksi, dan tidak boleh terjadi di kita. Ingat, Go Politik adalah varian gerakan untuk mengawinkan gerakan parlementer dan ekstra parlementer. Jadi jangan keliru, hanya untuk kepentingan orang per orang tertentu.
Saya kira setiap anggota FSPMI harus mengetahui tahapan ini. Agar mereka bisa mempersiapkan diri dan kemudian ikut terlibat didalamnya. (Kascey)

:: Catatan ini merupakan rangkuman dari berbagai pemikiran dari Diskusi Go Politik yang diselenggarakan di Sekretariat PC FSPMI Bekasi. Kamis, 17 Oktober 2013..
Sehari Saja Kawan
Mogok Nasional
Mogok Nasional
Satu kawan bawa tiga kawan
Masing-masing nggandeng lima kawan
Sudah berapa kita punya kawan
Satu kawan bawa tiga kawan
Masing-masing bawa lima kawan
Kalau kita satu pabrik bayangkan kawan
Kalau kita satu hati kawan
Satu tuntutan bersatu suara
Satu pabrik satu kekuatan
Kita tak mimpi kawan!
Kalau satu pabrik bersatu hati
Mogok dengan seratus poster
Tiga hari tiga malam
Kenapa tidak kawan
Kalau satu pabrik satu serikat buruh
Bersatu hati
Mogok bersama sepuluh daerah
Sehari saja kawan
Sehari saja kawan
Sehari saja kawan
Kalau kita yang berjuta-juta
Bersatu hati mogok
Maka kapas tetap terwujud kapas
Karena mesin pintal akan mati
Kapas akan tetap berwujud kapas
Tidak akan berwujud menjadi kain
Serupa pelangi pabrik akan lumpuh mati
Juga jalan-jalan
Anak-anak tak pergi sekolah
Karena tak ada bis
Langit pun akan sunyi
Karena mesin pesawat terbang tak berputar
Karena lapangan terbang lumpuh mati
Sehari saja kawan
Kalau kita mogok kerja
Dan menyanyi dalam satu barisan
Sehari saja kawan
Kapitalis pasti kelabakan!!

Front Mahasiswa Nasional Mengecam Pembubaran Konsolidasi Buruh di Semarang


Front Mahasiswa Nasional (FMN)
Front Mahasiswa Nasional (FMN)
Pernyataan Sikap FMN : Membubarkan Konsolidasi Buruh, SBY melanggar Konsitusi. Mendukung Konsolidasi dan Perjuangan Serikat Buruh untuk Upah Layak 2014
Tindakan represif dan bertentangan dengan pasal 28 UUD RI tentang kebebasan berserikat, berkumpul dan berpendapat kembali dilakukan oleh pemerintah melalui kepolisian dan Kodim di Semarang.
Acara konsolidasi gerakan buruh di Semarang yang diadakan di Hotel Pandanaran di bubarkan Polisi Polrestabes Semarang dan Kodim dengan alasan perijinan (18/10). Sebelum melakukan pembubaran paksa terkait agenda penguatan gerakan buruh untuk upah layak, kedua institusi keamanan melakukan intimidasi dan mengancam akan membubarkan acara.
Pembubaran tersebut, tentu bukan semata-mata karena tidak ada ijin. Namun lebih pada melemahkan gerakan serikat buruh yang akan melakukan mogok nasional pada 28-30 Oktober 2013 untuk menuntut upah layak. Kebebasan berkumpul dan berpendapat di atur dalam UUD pasal 28 dan juga UU 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Selain melanggar konstitusi, Pemerintah juga telah melanggar Hak Azasi Manusia.
Pemerintah SBY semakin menunjukan watak Fasis yang anti Demokrasi. Tindakan kekerasan secara terbuka selalu digunakan untuk melawan rakyat disemua sektor. Demokrasi yang didengungkan, omong kosong. Meningkatkan kesejahteraan rakyat, hanya sampai ucapan saja.
Berdasarkan pemaparan di atas, Front Mahasiswa Nasional menyatakan sikap “Mengecam tindak pembubaran konsolidasi serikat buruh di Semarang oleh aparat kepolisian dan Kodim”. Selain itu kami juga menyatakan sikap:
Menuntut kepada Pemerintahan SBY, Untuk menjamin kebebasan berorganisasi, berkumpul dan berpendapat sebagaimana amanat konstitusi
Menuntut kepada Kapolri dan Panglima TNI untuk menindak institusi di bawahnya yang telah melakukan pembubaran acara konsolidasi serikat buruh di Semarang, karena melanggar Konstitusi dan Hak Asasi Manusia
Mendukung konsolidasi dan perjuangan gerakan buruh untuk upah layak dan mendukung hak mogok serikat buruh.
Demikian pernyataan ini disampaikan.
Jakarta, 19 Oktober 2013
Pimpinan Pusat
Front Mahasiswa Nasional (FMN)
L. Muh. Hasan Harry Sandy Ame
Sekretaris Jenderal

Jumat, 18 Oktober 2013

MENANGKAP MATAHARI (5): “Adalah Tugas Serikat Untuk Menyelesaikannya”


DPW FSPMI Aceh, saat membuka membership meeting
DPW FSPMI Aceh, saat membuka membership meeting
Pukul 23.00, kami tiba di Meulaboh. Sudah hampir tengah malam. Lelah itu semakin terasa.
Sejak meninggalkan Rumah Makan Ujung Batee, tempat kami menikmati makan malam dan mendengarkan banyak cerita tentang tsunami, saya tertidur di kendaraan. Mata sudah tak bisa ditahan, ngantuk sekali rasanya. Apalagi paginya saya harus bangun pagi-pagi agar bisa sampai di bandara Soeta.
Lagi pula hari sudah gelap. Dari dalam kendaraan, yang bisa kami lihat hanya hitam pekat. Tak terlihat lagi keindahan sebagaimana yang terlihat sore tadi.
Kami menginap di Hotel Tiara, yang sekaligus menjadi tempat pelaksanaan membership meeting dan training advokasi. Meskipun akhir pekan, hotel yang memiliki banyak kamar ini terlihat sepi. Sehingga saya merasa seperti berada ditempat sendiri. Satu hal yang membuat istimewa, di hotel ini tersedia wifi gratis. Bagi pengguna sosial media aktif seperti saya, berada disatu tempat tanpa jaringan Internet terasa hampa.
***
Suasana membership meeting
Suasana membership meeting
Sabtu, 12 Oktober 2013.
Agenda di Meulaboh ini diawali dengan membership meeting. Ini semacam rapat akbar yang melibatkan banyak anggota. Tujiannya agar mereka memiliki kepedulian dan tergugah untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan organisasi.
Puluhan peserta dari berbagai Perusahaan hadir dalam kegiatan ini. Menandakan bahwa FSPMI Aceh terus tumbuh. Memang belum sebesar kota-kota lain yang terlebih dahulu bergabung dengan FSPMI, namun sebagai daerah baru, kondisi ini sungguh menyerahkan.
Kami terlebih dahulu melakukan identifikasi masalah ditiap-tiap unit kerja. Rata-rata permasalahan mereka adalah tidak adanya skala upah (pekerja yang sudah sepuluh tahun bekerja upahnya sama dengan mereka yang baru masuk bekerja) dan pembuatan PKB. Oh ya, ada satu lagi. Seorang peserta yang hendak bergabung dengan FSPMI  mengeluhkan besarnya iuran yang dirasa terlalu tinggi.
Kami membahas setiap permasalahan tersebut satu persatu. Memberikan penjelasan secara detail, bahwa memang tugas serikat buruh adalah untuk menyelesaikan semua permasalahan yang mereka keluhkan itu.
Dengan adanya keluhan, itu pertanda serikat pekerja ada. Karena memang untuk itulah serikat dibuat, guna menyelesaikan permasalahan yang ada.

Go Politik, Varian Dalam Gerakan


Go Politik
Go Politik
Ditengah kesibukan perjuangan upah layak, jaminan sosial dan penghapusan outsourcing, cita-cita besar Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) untuk mendudukkan kadernya dalam keanggotaan legislatif tak pernah pudar. Sebagai sebuah cita-cita, organisasi ini memiliki program yang terencana, agar apa yang telah dicita-citakan itu dapat diwujudkan.
Semalam, misalnya, di Bekasi diselenggarakan diskusi go politik. Puluhan orang hadir dalam diskusi yang dipandu oleh Ketua KC FSPMI Bekasi Obon Tabroni dan Tokoh Omah Tani Handoko Wibowo. Nampak hadir dalam pertemuan itu, beberapa caleg kader buruh yang direkomendasikan oleh FSPMI.
Saya berkesempatan ikut hadir dalam diskusi itu. Kebetulan sorenya saya berada di DPP, sehingga bisa meluangkan waktu ke Bekasi.
Diskusi malam itu nampak hidup. Sebuah tanda, jika agenda go politik ini sudah banyak yang memahaminya.
Memang, ada kekhawatiran jika mereka yang dicalonkan organisasi itu terpilih sebagai anggota dewan itu akan berkhianat dikemudian hari. Menanggapi kekhawatiran itu, Handoko mengatakan, tak perlu risau. “Kalau dikhianati, paling hanya akan hilang mereka yang duduk disana,” ujarnya. Kemudian Handoko melanjutkan, “Kita akan melakukan hal serupa di kesempatan berikutnya, dan mereka yang berkhianat tadi jangan harap bisa kembali ke organisasi ini.”
Bukanlah kekhawatiran itu yang sesungguhnya lebih penting. Tetapi kerja keras untuk memastikan setiap buruh memiliki kesadaran politik. Seringkali kita hanya memperbesar kekhawatiran, namun lupa melakukan kerja-kerja yang justru menjadi substansi.
Bahkan ketika kita tidak menggunakan hak pilih, anggota legislatif akan tetap terpilih. Tetapi jangan salahkan jika kemudian mereka yang terpilih adalah orang-orang yang tidak memiliki kepedulian terhadap perjuangan kaum buruh. Karena, memang, mereka tidak berasal dari rahim gerakan serikat buruh.
Kalau pun kita bersikap apatis. Kemudian menjauhi politik karena menganggap politik itu kotor, toh mereka akan tetap memimpin. Dan perlu diketahui, hal ini sesungguhnya merupakan jebakan. Seolah-olah, ada yang hendak membisikkan: “Biarkan urusan politik itu urusan kami, kalian jangan ambil bagian dan menjauhlah dari urusan ini.”
Dan karena bersikap golput lantas Anda merasa terbebas dari dosa politik? Owh, pemikiran yang naif sekali.
Coba kalau ada kawan kita yang menjadi anggota legislatif? Setidaknya perjuangan organisasi bisa mendapatkan dukungan yang berarti.
Oleh karena itu, go politik harus dibaca sebagai varian gerakan. Melalui go politik, kita akan melakukan cara baru dalam berjuang. Kita akan bersuara dari segi regulasi. Tentu saja, aksi tetap akan dilakukan. Bahkan jika perlu ditingkatkan. Bedanya, kali ini aksi kita dipimpin oleh kader serikat yang menjabat sebagai anggota legislatif.
Jadi go politik bukan untuk mengecilkan organisasi. Justru sebaliknya, dia ingin membesarkan organisasi. Go politik bukanlah tujuan, karena sesungguhnya dia hanyalah alat untuk memperjuangkan tujuan tujuan itu sendiri.
Kita tidak sedang mencetak orang-orang yang terhormat. Sama sekali, tidak. Kita hanya ingin membuat terobosan, agar ada kebijakan yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat disana, di gedung DPR.
Maka, jangan tertutup pesimisme. Apalagi sejauh ini, kita sudah melakukan kerja-kerja yang luar biasa. Kita melakukan apa yang tidak dilakukan oleh partai: membangun basis.
Kita pasti bisa melakukannya. Saya kira, itulah keyakinan kita. (Kascey)

:: Catatan ini merupakan rangkuman dari berbagai pemikiran dari Diskusi Go Politik yang diselenggarakan di Sekretariat PC FSPMI Bekasi. Kamis, 17 Oktober 2013..

Kamis, 17 Oktober 2013

Batam: Upah Bukan Faktor Utama Yang Mempengaruhi Investasi


Suasana rapat Dewan Pengupahan Kota Batam
Suasana rapat Dewan Pengupahan Kota Batam
Rapat Dewan Pengupahan Kota Batam terkait dengan pembahasan UMK Batam hari ini ditutup pukul 14:00. Dua jam lebih awal dari jadwal, yang semula direncanakan berakhir pukul 16:00.
“Dalam pembahasan tadi, wakil DPK dari FSPMI tetap meminta dari dinas-dinas terkait yang tidak hadir dalam pembahasan UMK tanggal 11 Oktober 2013 kemarin harus Hadir,” ujar anggota Depeko Batam, Mustofa.
Akhirnya, dalam kesempatan kali ini, 3 dinas yang dalam pertemuan lalu tidak hadir akhirnya hadir dalam rapat. Mereka berasal dari dinas Tata Kota, Perhubungan, Perdagangan) dan 2 lembaga (Bank Indonesia & Otorita Batam).
Dalam pemaparan yang disampaikan oleh 2 lembaga (BI & Otorita Batam), kesimpulannya adalah, bahwa UMK bukanlah indikator utama yang menjadi pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modalnya di Batam. Yang mereka lihat justru terkait dengan kepastian hukum dan infrastutur.
Jadi jelas, kenaikan UMK tidak ada kaitannya dengan investasi. Jika pun ada, itu sangat kecil pengaruhnya.
Hal lain yang menarik adalah, pengaruh UMK atas kenaikan bahan-bahan pokok, transportasi, dan perumahan hampir tidak ada. Sehingga kenaikan upah tidak akan memengaruhi inflansi. Justru yang mendongkrak inflansi adalah kenaikan BBM, sebagaimana yang terjadi pada pertengahan tahun lalu.
“Jadipengaruh kenaikan UMK sangat kecil atas inflasi,” ujar Muhamad Mustofa, wakil Depeko dari FSPMI.
Untuk selanjutnya, dewan pengupahan Kota Batam akan kembali mengadakan rapat pada tanggal 22 Oktober 2013.
Dalam pembahasan UMK kali ini, sudah mulai ada pengawalan buruh. Hari ini, misalnya, seratus lebih anggota FSPMI hadir untuk memberikan pengawalan.

Apindo prediksi kenaikan upah buruh molor

Posted by
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi memprediksi kenaikan upah buruh pada 1 November 2013 akan tertunda.
Aksi Long March Konsolidasi Nasional Gerakan Buruh Indonesia ( foto : Maxie )
Aksi Long March Konsolidasi Nasional Gerakan Buruh Indonesia ( foto : Maxie )
“Saya pikir tenggat waktu kenaikan upah buruh akan terlewati sekitar satu hingga dua pekan setelah tenggat waktu terakhir,” kata Sofjan dalam sebuah konferensi pers Trade Expo Indonesia (TEI) 2013 bertema “Trade with Remarkable Indonesia” di Jakarta, Kamis.
Menurutnya, dewan pengupahan kini masih bekerja untuk melakukan survei dan selesai pada akhir bulan ini. Sehingga kemungkinan telat dalam penetapan upah buruh harus bisa diterima semua pihak jika benar-benar terjadi.
“Dewan pengupahan baru selesai bekerja hingga akhir bulan ini dan negoisasi belum pasti. Kalau telat satu sampai dua pekan maka harus bisa kita terima,” kata Sofjan.
“Pengusaha juga harus bernegosiasi dan berkompromi dengan serikat buruh.” “Bagi pengusaha yang telah mampu, silakan saja untuk menaikkan upah bagi para karyawannya,” katanya.
http://www.antaranews.com/berita/400829/apindo-prediksi-kenaikan-upah-buruh-molor
Menuju Mogok NasionalMenuju Mogok Nasiona

MENANGKAP MATAHARI (4): “Karena Tuhan”


Setelah berdiskusi dengan kawan-kawan Aliansi SP/SB di kantor TUCC, Banda Aceh, kami melanjutkan perjalanan ke Meulaboh. Meulaboh merupakan sebuah kota di Kabupaten Aceh Barat. Tempat pahlawan nasional, Teuku Umar, dilahirkan.
Mendengar nama Meulaboh, sontak ingatan saya melayang pada beberapa tahun silam. Perjuangan rakyat Aceh terhadap penjajah, yang kemudian melahirkan nama-nama besar seperti Teuku Umar dan Cut Nyak Dien sudah pernah saya dengar dibangku sekolah dasar. Saya menangkap ada gelora perjuangan disini. Semangat yang omeluap.
Saat senja di Aceh Jaya
Saat senja di Aceh Jaya
Sekitar pukul 17.00, rombongan kami mulai bergerak meninggalkan kantor TUCC.
Sepanjang jalan menuju Meulaboh, kami disuguhi pemandangan yang indah. Jalanan yang sepi, perpaduan antara perbukitan dan pesisir pantai nan asri, sungguh membuat kami takjub akan kebesaran Sang Illahi. Tak berlebihan jika negeri ini disebut-sebut laksana zamrud di khatulistiwa, karena memang, keindahannya tiada tara.
Menjelang Aceh Jaya, kami berhenti sebentar disebuah pantai. Hari sudah sore. Kami berharap bisa melihat sunset, yang kemudian tak berhasil kami temui, karena gumpalan awan menghalangi sinar matahari.
Meski gagal melihat sunset, kami sempat mengabadikan suasana senja dengan berfoto ria dipinggir pantai. Kenangan memang harus diabadikan. Sebagai pengingat, bahwa kami pun pernah menginjakkan kaki di tanah rencong ini.
Puas menikmati panorama senja di pesisir, kami melanjutkan perjalanan.
Jalanan berkelok di perbukitan dengan jurang dikanan kiri membuat perjalanan kami tidaklah membosankan. Apalagi samar-samar, dikejauhan sana, bisa kami saksikan lautan luas yang menghampar.
“Sebelum tsunami, pemandangannya jauh lebih indah. Dulu, ketika hendak ke Meulaboh, kita melewati persis di pinggiran pantai. Jalan yang kita lalui saat ini baru dibuat setelah tsunami. Jalan yang lama sudah hancur dan terendam air laut, sekitar 100 - 200 meter dari bibir pantai,” ujar Habiby.
Di sebuah tempat, Habiby menunjukkan kepada kami puing-puing jembatan yang berada ditengah laut. “Itu adalah bekas jembatan yang lama. Tinggal puingnya dan terendam ditengah laut,” ujarnya.
Cerita seorang kawan tentang tsunami disela-sela makan malam, memberikan banyak pelajaran.
Cerita seorang kawan tentang tsunami disela-sela makan malam, memberikan banyak pelajaran.
Disini, tsunami lebih dari sekedar legenda. Ia hidup diantara masyarakat. Beragam cerita ada disana. Apalagi terhadap mereka yang mengalaminya secara langsung.
Bersama kami juga ada seorang kawan yang saat tsunami datang juga menjadi korban. Malam itu, saat kami beristirahat di warung untuk makan malam ia bercerita detik-detik ketika tsunami meluluhlantakkan Aceh. Akibat kejadian itu, istri dan anak-anaknya sampai saat ini belum diketemukan.
Ombak besar di pagi hari tanggal 26 Desember 2004 itu, ketika tiba di pangai, tingginya melebihi pohon kelapa. Menerjang apa saja yang dilaluinya. Dia sempat menyaksikan aspal di jalan terkelupas saat air laut itu datang. Habislah sudah, semua bangunan hancur, semua orang panik dan tak bisa lagi berbuat apa-apa. Dunia seperti sedang kiamat.
Sekian detik kemudian, giliran tsunami menghantam tubuhnya. Dia terpental dan terseret air bah itu. Sempat ia menyaksikan manusia yang terpotong tubuhnya terkena seng. Ada satu lagi yang terputus pada bagian leher, hingga kepala terpisah dengan tubuhnya. Kepala yang terpisah itu masih sempat berteriak-teriak meminta pertolongan. Tanpa suara, timbul tenggelam dibawa gelombang.
Ia selamat. Tersangkut di pohon jambu.
“Kalau ada yang bilang bisa selamat dari tsunami karena berhasil lari ketempat yang lebih tinggi, itu bohong. Kami selamat karena ditolong Tuhan. Kalau Tuhan tidak menolong kita, tak mungkin kita selamat,” ujarnya.
Sepanjang ia bercerita, kami terdiam. Memperhatikan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya, seolah tak ingin ketinggalan barang sepatah kata pun.
Malam itu kami mendapatkan pelajaran yang sungguh luar biasa. Sosok yang kehilangan semua harta benda dan keluarga, namun kemudian bisa bangkit dan tegar hingga sekarang. Jika bukan karena kehebatannya, sulit rasanya nestapa ini bisa dilalui.
Begitulah kehidupan. Tak selamanya keindahan yang akan kita temui. Sore tadi, kami menikmati keindahan pesisir pantai, berfoto bersama dan tertawa-tawa. Akan tetapi,malam ini, kami sudah disajikan cerita pilu yang mengiris hati.

MENANGKAP MATAHARI (3): “Menolak Diam”

Posted by
“Semua saya kembalikan kepada kawan-kawan disini. Ingin berubah atau tidak? Jika Anda berjuang dan kemudian berhasil, Anda adalah orang yang akan menikmati keberhasilan itu. Sebaliknya, jika Anda hanya diam dan oleh karenanya tetap di upah murah, Anda juga yang akan merasakannya.”
Obon Tabroni, saat berdiskusi dengan kawan-kawan Aliansi SP/SB di Banda Aceh.
Obon Tabroni (tengah), saat berdiskusi dengan kawan-kawan Aliansi SP/SB di Banda Aceh.
Kalimat Obon Tabroni di atas terkesan sederhana. Nyaris seperti statement biasa.
Akan tetapi bagi mereka yang mendengarnya secara langsung, kalimat itu sesungguhnya berupa tantangan. Mirip sebuah teriakan: “hidup atau mati?” Atau yang ini, “ikut berjuang atau hanya diam?”
Jawaban selanjutnya sudah bisa ditebak, semua yang hadir akan menjawab dengan serempak: “Kami akan ikut berjuang!”
Tak terkecuali dengan suasana diskusi sore itu di Kantor TUCC, Banda Aceh. Kawan-kawan disini, dengan tegas menyatakan menjadi bagian dari buruh Indonesia yang akan melakukan mogok nasional pada tanggal 28 s.d 30 Oktober 2013 nanti.
Mereka menolak diam, dan akan melawan jika buruh Aceh hanya dijadikan sapi perah.
“Saat ini waktu penetapan UMK sudah dekat. Tak banyak waktu kita untuk berdiskusi. Akan lebih baik jika pertemuan kita hari ini difokuskan untuk berbicara teknis. Apa yang harus kita lakukan agar upah tahun depan bisa naik secara signifikan,” ujar salah seorang peserta dengan semangat.
“Kita harus mengawal dewan pengupahan saat mereka rapat menetapkan UMK,” yang lain menimpali.
“Benar, kita harus memastikan anggota dewan pengupahan dari buruh berpihak pada aspirasi buruh. Mereka adalah wakil buruh, maka dalam memutuskan angka UMK harus sesuai dengan apa yang telah direkomendasikan kaum buruh.” Kata yang lainnya.
Tidak hanya laki-laki, buruh perempuan pun terlihat dalam perjuangan ini
Tidak hanya laki-laki, buruh perempuan pun terlibat dalam perjuangan ini
Diskusi mengalir hangat.
Kemudian Obon menceritakan, di Bekasi, Jakarta dan daerah-daerah lain, ratusan orang datang mengawal saat dewan pengupahan menggelar rapat pleno penetapan UMK. Selama ini cara itu terbukti efektif. Dan oleh karenanya, cara ini bisa ditiru di Aceh.
“Hasil rapat dewan pengupahan, kita yang akan merasakan dampaknya secara langsung. Oleh karena itu jangan biarkan mereka malakukan rapat sendiri tanpa kita hadir untukmenemani dan menyemangati,” kata Obon.
Saya menambahkan, bahwa faktanya, kenaikan UMK lebih dominan ditentukan oleh hal-hal diluar data-data. Hal-hal diluar data-data itu adalah kekuatan kaum buruh yang terorganisir. Dimana gerakan yang masif dari buruh dalam memperjuangkan upahminimum, disana bisa dipastikan upahnya akan lebih baik.
Sayang sekali, waktu yang terbatas membuat kami harus segera mengakhiri diskusi ini. Padahal masih banyak kawan yang ingin bertanya secara lebih detail tentang bagaimana serikat pekerja bisa menjawab persoalan mereka. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30, sementara kami harus melanjutkan perjalanan ke Meulaboh yang berjarak kurang lebih 5 jam perjalanan dari sini.
Mudah-mudahan satu saat nanti masih ada kesempatan untuk kembali kesini, guna meneruskan diskusi yang belum selesai ini.

Rabu, 16 Oktober 2013

MENANGKAP MATAHARI (2): “Buruh Aceh Pun Menolak Upah Murah”

Di kantor Trade Union Care Center (TUCC) terdapat banyak foto hasil dokumentasi dari berbagai kegiatan yang pernah mereka selenggarakan. Sambil beristirahat, saya mengamati satu persatu gambar-gambar itu. Betapa kawan-kawan disini memiliki semangat yang luar biasa untuk maju. Semangat itu terpancar dari berbagai gambar yang ditempel hampir diseluruh dinding ruangan.
IMG_00001052_edit
Salah satu sudut ruangan di TUCC
Kami tak sempat beristirahat terlalu lama. Karena beberapa saat kemudian sudah berdatangan kawan-kawan dari berbagai serikat pekerja untuk berdiskusi tentang upah dan rencana mogok nasional yang direncanakan akan berlangsung pada tanggal 28 – 30 Oktober 2013.
“Selagi bung Obon dan kawan-kawan dari Jakarta datang kemarin, kita sempatkan untuk berdiskusi,” ujar bung Habiby.
Boleh dibilang diskusi dengan serikat buruh di Banda Aceh ini mendadak dan diluar jadwal kami. Sebelumnya, dari Banda Aceh kami berencana langsung ke Meulaboh (Aceh Barat), namun bung Rusdi (Sekjen KSPI) menyarankan agar TUCC mengambil inisiatif mengumpulkan kawan-kawan di Banda Aceh untuk berdiskusi dengan bung Obon yang dalam beberapa minggu ini sudah blusukan diberbagai daerah untuk mensosialisasikan mogok nasional.
Memang, hanya berselang beberapa hari sebelum kami tiba, bung Rusdi sempat datang ke Aceh. Kedatangan beliau ke tanah rencong ini dalam rangka sosialisasi jaminan sosial nasional yang diselenggarakan oleh TUCC.
Kami sempat bercanda,  dimana pun Obon Tabroni datang kesebuah daerah, segera setelah itu disana kaum buruh melakukan aksi besar menolak upah murah.
IMG_00001066_editDiskusi singkat sore itu memberikan gambaran yang jelas, betapa buruh Aceh pun sudah lelah diupah murah. Mereka bertekad untuk berjuang, agar setidaknya, upah minimum tahun 2014 nanti setidaknya naik 50 persen.
“Beberapa waktu yang lalu saya pergi ke Bogor dan membeli soto disana. Betapa kagetnya mengetahui harga-harga disana lebih murah dari harga di Aceh. Lebih kaget lagi, ternyata upah minimum Bogor jauh lebih tinggi dari upah minimum di Aceh,” ujar seorang peserta perempuan bernama Kartini.
Tahun 2013 ini, upah minimum di Aceh sebesar Rp. 1.550.000,- Padahal beberapa tahun yang lalu upah minimum disini termasuk yang tertinggi di Indonesia.
Melihat fakta itu, tak berlebihan jika buruh Di Aceh pun menyatakan kesiapannya untuk melakukan aksi agar Aceh tidak lagi tertinggal dengan daerah lain. (Kascey)

=============================
Tulisan ini adalah catatan perjalanan kami berempat (Obon Tabroni, Prihanani, Nani Kusmaeni, dan Kahar S. Cahyono) ketika bertugas ke Aceh untuk menghadiri membership meeting dan Training Advokasi pada tanggal 11 – 14 Oktober 2013. Sengaja kami menuliskan kembali secara detail, sebagai bentuk laporan dari kami. Dengan maksud agar kawan-kawan didaerah lain bisa lebih memahami bagaimana perkembangan FSPMI di bumi Serambi Mekah dan sekaligus menyadari betapa Indonesia yang kita cintai adalah sebuah negeri yang kaya raya.

MENANGKAP MATAHARI (1): “Sebuah Catatan Awal”

Saya tidak tahu harus memulai tulisan ini dari mana. Semua berloncatan untuk didahulukan dalam penulisan. Situasi seperti ini sering saya alami ketika hendak menuliskan sebuah cerita. Paragraf pertama selalu menjadi lebih sulit dibandingkan dengan selanjutnya. Apalagi perjalanan kami ke Aceh pada tanggal 11 – 14 Oktober 2013 yang lalu memberikan banyak sekali pengalaman dan kenangan yang tak terlupakan.
Ketua DPW FSPMI Aceh, Habiby, saat memberikan cinderamata kepada mbak Nani Kusmaeni.
Ketua DPW FSPMI Aceh, Habiby, saat memberikan cinderamata kepada mbak Nani Kusmaeni.
Baiklah, saya akan memulai tulisan ini dengan mengucapkan terima kasih kepada bung Habiby Inseun, S.E. Pria yang menjabat sebagai Ketua DPW FSPMI Provinsi Aceh ini telah dengan sabar menemani kami selama 4 (empat) hari berada disini. Kami diajaknya mengunjungi tempat-tempat nan indah dan bersejarah. Dilayani dengan sepenuh hati seperti keluarga sendiri.
“Bagi orang Aceh tamu itu raja. Menjadi kewajiban kami untuk menjamunya dengan istimewa,” ujarnya kepada saya disela-sela acara.
Saya hanya tersenyum.
Lelaki ini memang bersahaja. Saya bisa merasakan upayanya yang luar biasa untuk membuat kami bahagia. Dalam hati saya bersyukur, Tuhan mempertemukan orang-orang yang baik hati di FSPMI.
Saat itu hari Jum`at, 11 Oktober 2013. Jarum jam kurang lebih menunjukkan pukul 11.00, ketika burung besi yang kami tumpangi mendarat di Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh.
Tak perlu waktu lama untuk menemukan bung Habiby, yang sudah sedari tadi menunggu kami. Setelah bersalaman dan berbincang sebentar, bung Habiby mengeluarkan cinderamata berupa gantungan kunci. “Ini sambutan selamat datang dari kami,” ujarnya.
Sambutan selamat datang ala Habiby: "Welcome To Atjeh"
Sambutan selamat datang ala Habiby: “Welcome To Atjeh”
Saya memilih gantungan kunci yang bertuliskan: “KOPI ATJEH – Welcome To Atjeh”.
Kebetulan, saya adalah penikmat kopi, jadi itu mewakili pribadi saya. Oh ya, Aceh adalah sebuah daerah yang juga menjadi surga bagi para pencinta kopi. Dalam kesempatan lain saya akan bercerita tentang betapa eratnya hubungan masyarakat Aceh dan kopi.
Dari bandara, kami segera menuju pusat kota Banda Aceh.
Kami memilih makan siang terlebih dahulu sebelum shalat Jum`at. Kebetulan disini waktu shalat Jum`at masuk menjelang pukul 13.00. Setidaknya masih ada waktu bagi kami untuk makan siang terlebih dahulu.
Berbeda dengan di Jakarta, di Aceh, banyak toko yang tutup menjelang shalat Jum`at. Jalanan pun nampak sepi. Tidak ada laki-laki di jalan, mereka semua berada di masjid-masjid untuk sembahyang. Situasi seperti ini tidak hanya menjelang shalat Jum`at. Tetapi juga ketika memasuki waktu shalat magrib tiba.Tak berlebihan, jika siang itu, beberapa tempat makan yang kami datangi sudah tutup.
Akhirnya kami menemukan tempat makan yang masih buka didekat kantor Trade Union Care Center (TUCC). Menikmati masakan khas Aceh dengan berbicang santai membuat kami lupa akan waktu. Ketika warung mulai ditutup, baru kami sadar, harus segera meninggalkan tempat ini.
Tujuan kami selanjutnya adalah Kantor TUCC, mengantarkan mbak Nani Kumaeni dan mbak Prihanani untuk beristirahat. Sementara mereka beristirahat, kami berangkat ke Masjid untuk menunaikan shalat Jum`at.
Tentu saja, ada nuansa berbeda bisa menunaikan shalat Jum`at disini. Apalagi untuk yang pertamakali. Ya, diantara kami berempat, hanya bung Obon yang sebelumnya pernah menginjakkan kaki di tanah rencong. Sehingga dia sesekali menjadi guide selama kami berada disini.
Panas. Saya kira inilah kesan pertama tentang Aceh. Maklum hampir semua tempat yang kami kunjungi, dari Banda Aceh hingga Aceh Barat (Meulaboh), semuanya adalah daerah pesisir pantai yang pernah rata diterjang tsunami. Namun kesan itu akan segera berakhir, ketika kita sudah berinteraksi dengan kehangatan masyarakat dan keindahan alamnya.  (Kascey)
=============================
Tulisan ini adalah catatan perjalanan kami berempat (Obon Tabroni, Prihanani, Nani Kusmaeni, dan Kahar S. Cahyono) ketika bertugas ke Aceh untuk menghadiri membership meeting dan Training Advokasi pada tanggal 11 – 14 Oktober 2013. Sengaja kami menuliskan kembali secara detail, sebagai bentuk laporan dari kami. Dengan maksud agar kawan-kawan didaerah lain bisa lebih memahami bagaimana perkembangan FSPMI di bumi Serambi Mekah dan sekaligus menyadari betapa Indonesia yang kita cintai adalah sebuah negeri yang kaya raya.